Rabu, 29 Agustus 2012

kumpulan-kumpulan hadits nabi

KITAB BULUGHUL MARAM MIN ADILATIL AHKAM : KITAB SHALAT

 




Hadits ke-344
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari Raya Fithri adalah hari orang-orang berbuka dan hari raya Adlha adalah hari orang-orang berkurban." Riwayat Tirmidzi.

Hadits ke-345
Dari Abu Umairah Ibnu Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu dari paman-pamannya di kalangan shahabat ...
bahwa suatu kafilah telah datang, lalu mereka bersaksi bahwa kemarin mereka telah melihat hilal (bulan sabit tanggal satu), maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar berbuka dan esoknya menuju tempat sholat mereka. Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Lafadznya menurut Abu Dawud dan sanadnya shahih.

Hadits ke-346
Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak berangkat (menuju tempat sholat) pada hari raya Fithri, sehingga beliau memakan beberapa buah kurma. Dikeluarkan oleh Bukhari. Dan dalam riwayat mu'allaq (Bukhari) yang bersambung sanadnya menurut Ahmad: Beliau memakannya satu persatu.

Hadits ke-347
Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada hari raya Fithri sebelum makan dan tidak makan pada hari raya Adlha sebelum sholat. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

Hadits ke-348
Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami diperintahkan mengajak keluar gadis-gadis dan wanita-wanita haid pada kedua hari raya untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin, wanita-wanita yang haid itu terpisah dari tempat sholat. Muttafaq Alaihi.

Hadits ke-349
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Umar selalu sholat dua hari raya Fithri dan Adlha sebelum khutbah. Muttafaq Alaihi.

Hadits ke-350
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat pada hari raya dua rakaat, beliau tidak melakukan sholat sebelum dan setelahnya. Dikeluarkan oleh Imam Tujuh.

Hadits ke-351
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat hari raya tanpa adzan dan qomat. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan asalnya dalam riwayat Bukhari.

Hadits ke-352
Dari Abu Said Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melakukan sholat apapun sebelum sholat hari raya, bila beliau kembali ke rumahnya beliau sholat dua rakaat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Hadits ke-353
Dari Abu Said Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar pada hari raya Fithri dan Adlha ke tempat sholat, sesuatu yang beliau dahulukan adalah sholat, kemudian beliau berpaling dan berdiri menghadap orang-orang, orang-orang masih tetap pada shafnya, lalu beliau memberikan nasehat dan perintah kepada mereka. Muttafaq Alaihi.

Hadits ke-354
Dari Amar Ibnu Syuaib dari ayahnya dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Takbir dalam sholat hari raya Fithri adalah tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua, dan bacalah al-fatihah dan surat adalah setelah kedua-duanya." Dikeluarkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi mengutipnya dari shahih Bukhari.

Hadits ke-355
Dari Abu waqid al-Laitsi Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam sholat hari raya Fithri dan Adlha biasanya membaca surat Qof dan Iqtarabat. Dikeluarkan oleh Muslim.

Hadits ke-356
Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada hari raya biasanya mengambil jalan yang berlainan. Dikeluarkan oleh Bukhari.

Hadits ke-357
Abu Dawud juga meriwayatkan hadits serupa dari Ibnu Umar.

Hadits ke-358
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah dan mereka (penduduk Madinah) mempunyai dua hari untuk bermain-main. Maka beliau bersabda: "Allah telah menggantikan dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu hari raya Adlha dan Fithri." Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i dengan sanad yang shahih.

Hadits ke-359
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Termasuk sunnah Rasul adalah keluar menuju sholat hari raya dengan berjalan kaki. Hadits hasan riwayat Tirmidzi.
 
RINGKASAN SHAHIH BUKHARI : KITAB ILMU

Bab Ke-11: Ilmu Wajib Dituntut Sebelum Mengucapkan dan Sebelum Beramal


Hal tersebut didasarkan firman Allah Ta'ala dalam surah Muhammad ayat 19, "Maka ketahuilah (wahai Muhammad), bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah." Maka, dalam ayat ini Allah memulai dengan menyebut ilmu. Selain itu, disebutkan bahwa ulama adalah pewaris-pewaris...
Nabi. Mereka mewarisi ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang mendapatkannya, maka dia beruntung dan memperoleh sesuatu yang besar.[14]


"Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."[15]


Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama." (Faathir: 28); "Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut: 43); "Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan) itu, niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (al-Mulk: 10); dan "Adakah sama orang-orang yang tahu dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar: 9)

Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama."[16]
Dan beliau saw. bersabda, "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar."[17]
Abu Dzar berkata, "Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu."[18]


Ibnu Abbas berkata, "Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongan yang) penuh kesabaran serta pandai dalam ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum hukum agama), dan mengerti."[19] Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud "Rabbani"' ialah orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil sebelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).

catatan kaki :
[14] Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya dari Abud Darda' secara marju'. Hadits ini memiliki beberapa syahid (pendukung) yang menjadikannya kuat sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh. Dan, hadits ini ditakhrij dalam At-Ta'liqur Raghib 1/53.

[15] Ini juga bagian dari hadits tersebut, dan bagian ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah dalam Al-Ilm 25 dengan tahqiq saya. (Imam Bukhari)

[16] Imam Bukhari me-maushul-kan hadits ini pada dua bab lagi dari hadits Muawiyah.

[17] Ini adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah (114) dengan sanad sahih dari Abud Darda' secara marfu', dan diriwayatkan oleh lainnya secara marfu'. Ia memiliki dua syahid dari hadits Muawiyah. Saya telah mentakhrij hadits ini dalam Al-Ahaditsush Shahihah 342.

[18] Di-maushul-kan oleh ad-Darimi dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah.

[19] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Ashim dengan sanad hasan, dan al-Khathib dengan sanad lain yang sahih.
 

Kamis, 23 Agustus 2012

Siapakah Ahlul bait


Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam r.a.,
".. Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku, dicipta dari darah dagingku dan dikurniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku)"

         
     Banyak diantara kita sudah mengira bahwa Dzurriyatur Rasul (keturunan dari pada nabi Muhammad SAW) itu sudah tidak ada. Bahkan dengan mengatasnamakan perkembangan teknologi, banyak diantara kaum muslimin dan muslimat yang tertipu dengan tipu daya yang tidak beralasan. Terlebih lagi, semakin maraknya faham-faham yang tidak mempercayai dzurriyatur rasul itu ada, membuat deretan pemahaman tentang ahlul bait semakin rendah. Hanya dengan mengandalakan ‘bukti yang otentik’, banyak dari kalangan umat islam meragukan atas keturaunan Rasulullan SAW.
     Apakah seperti ini wajah umat islam yang sekarang? Wajah yang tidak mencintai Rasul-nya, dan dengan rela membiarkan manusia yang agung terputus sanad-nya. Apakah mungkin Allah SWT membiarkan keturunan sang ‘kekasih-nya’ terputus begitu saja ? Muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah SWT, marilah kita kaji sejenak pembahasan sejarah dibawah ini. Sesungguhnya Sayyidina Siti Fatimah r.a mempunya tiga orang putra, Al Hasan r.a, Al Husain r.a serta Muhsin r.a. Dan dua orang putri Ummu Kulsum r.a dan Zainab r.a. Adapun Sayyidina Hasan r.a dan husain r.a dalam buku-buku sejarah dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlul Bait, yang meneruskan keturunan Rasulullah SAW. Salah satu keistimewaan atau Fadhal Ikhtisos yang didapat oleh Sayyidah Siti Fatimah r.a adalah bahwa keturunannya atau Dzurriayturnya disebut sebagai Dzurriyah Rasulullah SAW. Sebagaimana sesuai dengan keterangan Rasulullah SAW, bahwa anak-anak Fatimah r.a itu bernasab kepada Rasulullah SAW. Sehingga berbeda dengan orang-orang lain yang bernasab kepada ayahnya. Rasulullah SAW bersabda ; Artinya :
     “Semua bani Untsa (Manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fatimah, maka kepada akulah(Rasulullah SAW) bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (H.R. Tobroni).
     Imam Suyuti dalam kitab “Aljamik As Shohir” Juz 2 halaman 92. Menerangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda : Artinya : “Semua Bani Adam (Manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (Ikatan keturunan mereka).” (H.R. At-Tobroni dan Abu Ya’la).
     Dalam tafsir Al-Manar Syekh Muhammad Abduh mengutip sabda Rasulullah SAW : Artinya : “Semua anak adam (Manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah(Rasulullah SAW) ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka”.
Itulah sebabnya, keturunan Sayyidah Siti Fatimah r.a (dalam hal ini para habib) disebut Dzurriyyaturtosul atau keturunan Nabi Muhammad SAW. Dibawah ini nukilan Fatwa dari seorang ulama besar dan mufti resmi kerajaan Saudi Arabia yang bermazhab WAHABI, yaitu AL-Alamah Syeikh Abdul Aziz bin Abdul Bin Baz yang dimuat dalam majalah “AL-MAIDAH” hal 9 no 5692 tanggal 24 oktober 1982. Seorang dari Irak menanyakan kepada beliau mengenai kebenaran golongan yang mengaku sebagai Sayyid atau sebagai anak cucu keturunan Rasulullah SAW. Jawab Syeikh Abdul Aziz Bin Baz : “Orang-orang seperti merka itu terdapat diberbagai tempat dan Negara. Mereka juga dikenal dengan gelar “Syarif”.
     Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka itu berasal dari Ahlul Bati Rasulullah SAW. Diantara mereka ada yang sisilahnya berasal dari Sayyidina Al-Hasan r.a dan ada yang berasal dari Sayyidina Al-Husain r.a. ada yang dikenal dengan gelar Syarif dan juga dengan gelar Sayyid. Hal itu merupakan kenyataan yang diketahui umum di negeri yaman dan negeri-negeri lainnya. Adapun mengenai menghormati mereka, mengakui keutamaan mereka dan memberikan kepada mereaka apa yang telah menjadi hak mereka, maka semua itu adalah merupakan perbuatan yang baik. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW berulang-ulang mewanti-wanti
“Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,… Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,… Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,…”
     Demikain sebagian dari Fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Baz mengenai masih adanya keturunan Rasulullah SAW. Begitupun dengan Al-Allamah Dr. Muhamad Abdul Yamani, seorang ahli sejarah Ahlul Bait. Beliau adalah mantan menteri penerangan kerajaan Saudi Arabai. Dalam bukunya yang berjudul “Allimu Awladakum Mahabbatan Ahlu Baitinnabi” halaman 30 cetakan ke-2, ketika beliau membahsa Sayyid dan Syarif, beliau menulis : Sayyid dan syarif adalah keturunan Sayyidah Fatimah r.a dan Sayidina Ali Karomawlloohi wajhah. Tidak ada beda antara kedua gelar dari segi nasab dan kemuliaan hebungaun dengan sayyidina Muhammad SAW. Mereka semua berasal dari keturunan Rasulullah SAW dan dapat dihargai, dihormati dan dicintai serta dimuliakan. Demikian sedikit keterangan Dr. Muhammad Abdul Yamani mengenai keberadaan Siti Fatimah binti Rasulullah SAW yang tersebar diberbagai Negara. Khususnya di Indonesia banyak yang menyebutnya dengan sebutan HABIB.
     Delapan dari sembilan wali Songo yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa adalah keturunan Rasulullah SAW. Karena jasa merekalah 90% dari rakyat Indonesia sekarang ( ±200 Juta) beragama Islam. Keberadaan mereka diIndonesia bagaikan penyelamat bangsa. Hal ini sesuai dengan keterangan Rasulullah SAW, dimana beliau pernah bersabda : Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahlul Baiti ku diantara kaliah adalah seperti kapal Nuh diantara kaumnya. Barang siapa menaikinya ia pun selamat dan siapa pun tertinggal olehnya ia pun tenggelam” (H.R. Muslim)
     Jelas sudah bahwa para Habib adalah keturunan dari Rasulullah SAW berdasarkan keterangan diatas. Semoga bagi mereka yang masih belum biasa mengakui bahwa Sayyid, Syarif dan juga para Habaib adalah Dzurriyatur Rasul(Keturunan Nabi Muhammad SAW) Allah berikan Taufiq serta Hidayah kepada mereka semua agar mereka selamat serta mendapatkan keberkahan dalam hidup nya. Amin….. 

Pentingnya Mencintai Ahlul bait Rasul


Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal:
"Barangsiapa mencitaiku dan mencintai keduanya itu (yakni Al Hassan dan Al-Hussein) serta mencintai ibu dan bapa mereka, yakni Fatimah az-Zahra dan Sayyidina 'Ali - kemudian ia meninggal dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku di dalam syurga yang sederajat"
"Pada hari kiamat aku akan akan menjadi syafi' (penolong) bagi empat golongan. Yang menghormati keturunanku; yang memenuhi keperluan mereka; yang berupaya membantu urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang mencintai mereka sepenuh hati"